LIB PUSTAKA_ONE AKPER MOM LIB PUSTAKA_ONE AKPER MOMLIB PUSTAKA_ONE AKPER MOM

Selasa, 23 April 2019

Hari Buku Sedunia

Melalui momen peringatan Hari Buku Sedunia, Walikota Fadly Amran mengajak seluruh elemen masyarakat untuk membaca buku.
Dan minat untuk baca buku hendaknya ditumbuhkan pada anak sejak usia dini. Sebab, kebiasaan membaca sejak usia dini akan bermanfaat untuk kehidupan masa depan.
Buku sangat memberi arti  dalam kehidupan kita, sehingga bisa membuat kita tahu dan memahami akan dunia, tahu akan ilmu pengetahuan, tahu tentang sejarah, dan masih banyak lagi.
Membaca buku tidak terbatas oleh usia dan profesi, ungkap Walikota Fadly Amran. Melalui gerakan literasi yang digalakkan di Kota Padang Panjang, Fadly berkomitmen untuk mendukung penuh gerakan literasi yang mendorong masyarakat untuk membaca buku.
Melalui berbagai media literasi yang ada, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidupnya untuk lebih baik lagi. ( PB-01)

Berikut video Walikota Fadly Amran mengajak seluruh masyarakat untuk membaca buku yang dipublikasikan oleh Diskominfo Padang Panjang ;
Melalui momen peringatan Hari Buku Sedunia, Walikota Fadly Amran mengajak seluruh elemen masyarakat untuk membaca buku.
Dan minat untuk baca buku hendaknya ditumbuhkan pada anak sejak usia dini. Sebab, kebiasaan membaca sejak usia dini akan bermanfaat untuk kehidupan masa depan.
Buku sangat memberi arti  dalam kehidupan kita, sehingga bisa membuat kita tahu dan memahami akan dunia, tahu akan ilmu pengetahuan, tahu tentang sejarah, dan masih banyak lagi.
Membaca buku tidak terbatas oleh usia dan profesi, ungkap Walikota Fadly Amran. Melalui gerakan literasi yang digalakkan di Kota Padang Panjang, Fadly berkomitmen untuk mendukung penuh gerakan literasi yang mendorong masyarakat untuk membaca buku.
Melalui berbagai media literasi yang ada, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidupnya untuk lebih baik lagi. ( PB-01)

Berikut video Walikota Fadly Amran mengajak seluruh masyarakat untuk membaca buku yang dipublikasikan oleh Diskominfo Padang Panjang ;

Senin, 22 April 2019

Sejarah Hari Buku Sedunia

Perayaan La Diada de Sant Jordi mungkin masih terdengar asing di telinga kita, peringatan ini pertama kali diselenggarakan pada abad ke-15 di Catalunya, Spanyol.  Perayaan tersebut diadakan untuk memperingati hari kematian Saint George, Santo pelindung dari Catalunya.
Festival La Diada de Sant Jordi identik dengan para pria yang memberikan bunga mawar kepada kekasihnya, akan tetapi para pedagang buku mulai mempengaruhi tradisi perayaan tersebut. Para wanita mulai memberikan buku kepada pria sebagai pengganti mawar yang diterimanya. Pada masa itu lebih dari 400.000 buku telah terjual dan ditukarkan dengan bunga mawar sebanyak 4 juta.
Pada tahun 1995 UNESCO menyelenggarakan Konferensi Umum di Paris yang menetapkan bahwa tanggal 23 April sebagai peringatan World Book Day berdasarkan perayaan La Diada de Sant Jordi di Catalunya. Pada tanggal 23 April beberapa pengarang terkenal seperti Shakespeare, Cervantes, Inca Garcilaso de la Vega, dan Josep Pla meninggal dunia. Selain meninggalnya beberapa pengarang terkenal, pada tanggal tersebut juga merupakan tanggal kelahiran beberapa pengarang seperti Maurice Druon, Vladimir Nabokov, Manuel Meija Vallejo, dan Halldor Laxness.
Peringatan  World Book Day merupakan bentuk penghargaan antara pengarang, penerbit, distributor, organisasi perbukuan, serta komunitas-komunitas yang bekerja sama untuk mempromosikan buku dan literasi untuk meningkatkan nilai-nilai sosial budaya kemanusiaan.
Perayaan Hari Buku Sedunia di Beberapa Negara
Berbagai negara menyelenggarakan perayaan World Book Day dengan berbagai cara. Dilansir dari library.unusa.ac.id, peringatan World Book Day di Brazil diperingati dengan cara menyampaikan kampanye mengenai kesusasteraan untuk anak-anak yang dilakukan oleh berbagai toko buku, sedangkan di Mexico sejak tahun 2008 memperingati World Book Day dengan mengadakan pembacaan buku di depan publik selama 12 jam berturut-turut yang bertujuan untuk meningkatkan minat membaca dan kecintaan terhadap buku. Lain halnya di Bosnia, perayaan World Book Day dilakukan dengan melaksanakan Pesta Buku Internasional.
UNESCO mengembangkan sebuah konsep, yaitu World Book Capital, konsep tersebut menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan oleh UNESCO. Menurut en.unesco.org, tahun ini Kota Athens, Yunani menjadi World Book Capital 2018, dimulai dengan diadakannya pertemuan dengan perwakilan kedutaan dan institusi negara Nordic (Swedia, Norwegia, Denmark, Finlandia) yang bertujuan untuk mengkoordinasi dan merencanakan partisipasi mereka dalam keorganisasian UNESCO. (Hanifa/dari berbagai sumber).

Minggu, 03 Maret 2019

Membangun Profesi Kepustakawanan yang Profesional

TRIBUNSUMSEL.COM - Waw Apa sih Pustakawan itu ???  Tentu saja teman-teman tidak asing kan dengan  kata “PUSTAKAWAN”. Disini banyak sekali yang menyalah artikan arti dari Pustakawan  apalagi Masyarakat yang tidak mengerti apa itu arti dari perpustakaan, mereka memandang seorang Pustakawan hanyalah orang-orang buangan yang di tampung oleh sebuah lembaga perpustakan yang bertugas menjaga buku, menyusun buku, dan Duduk-duduk bersantai di perpustakaan. 
Dan para pustakawan ini tidak jauh nasibnya sama seperti seorang penjaga poskamling. Padahal pustakawan adalah pekerjaan yang sangat mulia. Seorang pustakawan tidak kalah hebat apabila dibandingkan dengan seorang yang memiliki profesi sebagai Dokter, Guru, bahkan  pengacara terkenalpun dan  masih banyak yang lainnya. Hanya Masyarakat terdidik yang akan menghargai apa itu Ilmu Perpustakaan dan seorang Pustakawan. Apakah seorang. Pustakawan akan selamanya di pandang sebelah mata oleh masyarakat? “TIDAK”
Pustakawan disini memiliki arti pejabat fungsional yang kedudukan sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan pada unit- unit perpustakaan, dokumentasi, dan informasi pada instansi pemerintah (Kep.Menpan. No.132/Kep/M.Pan/12/2002, :5). Melihat dari definisi di atas sudah jelas bahwa seorang pustakawan itu tidak hanya mengelola buku akan tetapi pustakawan itu juga memiliki jabatan yang fungsional yang kopeten dibidangnya dengan cara pustakawan bisa mengikuti pendidikan atau pelatihan. Pada zaman sekarang ini banyak sebuah lembaga Perpustakaan yang membutuhkan Profesi Pustakawan. Karena tanpa ada pustakawan sebuah perpustakaan tidak akan ideal seperti ibarat Sayur tanpa Garam.
Di era global saat ini dimana informasi sangat membludak, profesi pustakawan terus menjadi sorotan. Memang sangat diharapkan profesi ini mampu mengelola banjir informasi yang berdampak luas pada masyarakat. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Sedangkan profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengendalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang atau mengisi waktu luang.    
Profesionalisme pustakawan tercermin pada kemampuan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan dalam mengelola dan  mengembangkan pekerjaan di bidang kepustakawanan serta kegiatan yang terkait secara mandiri. Didalam pelaksanaan pekerjaan/tugas sehari-hari seorang pustakawan dituntut untuk profesional.
Bagaimana pustakawan? 
Menghadapi riuh rendah dan carut-marutnya kehidupan yang terus berpacu dengan perkembangan teknologi di era global, maka pustakawan harus menghadapi kenyataan tersebut. Supaya berhasil mengatasinya, pustakawan sebagai profesi harus memiliki beberapa ketrampilan, antara lain :

1. Adaptability 
Pustakawan hendaknya cepat berubah menyesuaikan keadaan yang menantang. Mereka tidak selayaknya mempertahankan paradigma lama yang sudah bergeser nilainya. Pustakawan sebaiknya adaptif memanfaatkan teknologi informasi. Feret dan Marcinek (1999) menyatakan bahwa pustakawan harus berjalan seirama dengan perubahan teknologi yang terus bergerak maju dan pustakawan harus mampu beradaptasi sebagai pencari dan pemberi informasi dalam bentuk apapun. Pustakawan dalam memberikan informasi tidak lagi bersumber pada buku teks dan jurnal yang ada di rak, tetapi dengan memanfaatkan Internet untuk mendapatkan informasi yang segar bagi penggunanya. Erlendsdottir (1997) menyatakan kita bukan lagi “penjaga” buku. Kita adalah information provider di situasi yang terus berubah dan dimana kebutuhan informasi dilakukan dengan cepat dan efektif. Sekarang misi kita adalah mempromosikan jasa-jasa untuk informasi yang terus membludak. Dan bahkan jika kita tidak berubah, teknologi informasi akan mengubah tugas kita.

2. People skills (soft skills) 
Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pengguna. Mereka harus lihai berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan penggunannya. Agar dalam berkomunikasi dapat lebih impresif dengan dasar win-win solution maka perlu people skills yang handal.

3. Berpikir positif 
Didalam otak kita terdapat mesin “yes” . Ketika kita dihadapkan sesuatu pekerjaan yang cukup besar, maka umumnya kita berkata : Wah….. tidak mungkin, aduh….. sulit, dsb. Maka apa yang kita laksanakan juga tidak mungkin terjadi . Pesimistis . Dan pesimistis bukan sifat pemenang tapi pecundang. Pustakawan diharapkan menjadi orang di atas rata-rata. Sebagai pemenang yang selalu berpikiran positif, sehingga jika dihadapkan pada pekerjaan besar seharusnya berkata “yes” kami bisa.

4. Personal Added Value 
Pustakawan tidak lagi lihai dalam mengatalog, mengindeks, mengadakan bahan pustaka dan pekerjaan rutin lainnya, tetapi di era global ini pustakawan harus mempunyai nilai tambahnya. Misalnya piawai sebagai navigator unggul. Dengan nilai tambah, yang berkembang dari pengalaman , training dsb, pustakawan dapat mencarikan informasi di Internet serinci mungkin. Hal ini sudah barang tentu akan memuaskan pengguna perpustakaan. Kepuasan pengguna itu sangat mahal bagi dirinya maupun bagi perpustakaan dimana ia bekerja.

5. Berwawasan Enterpreneurship 
Sudah waktunya bagi pustakawan untuk berpikir kewirausahaan. Informasi adalah kekuatan. Informasi adalah mahal, maka seyogyanya pustakawan harus sudah mulai berwawasan enterpreneurship agar dalam perjalanan sejarahnya nanti dapat bertahan. Lebih-lebih di era otonomi, maka perpustakaan secara perlahan harus menjadi income generation unit. Memang sudah ada pustakawan yang berwawasan bisnis, tapi masih belum semuanya. Paradigma lama bahwa Perpustakaan hanya pemberi jasa yang notabene tidak ada uang harus segera ditinggalkan.

6. Team Work - Sinergi 

Di dalam era global yang ditandai dengan ampuhnya Internet dan membludaknya informasi, pustakawan seharusnya tidak lagi bekerja sendiri. Mereka harus membentuk team kerja untuk bekerjasama mengelola informasi. 
Dengan enam ketrampilan di atas diharapkan pustakawan akan terus berkembang menjalankan tugasnya seiring dengan perubahan jaman yang begitu cepat. Profesionalisme pustakawan akan lebih mendarah daging dan menjiwai setiap aktivitasnya.



Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Membangun Profesi Kepustakawanan yang Profesional, http://sumsel.tribunnews.com/2014/01/01/membangun-profesi-kepustakawanan-yang-profesional.

Editor: Aidil Putrasyah

PUSTAKAWAN BUKAN PENJAGA BUKU

PUSTAKAWAN BUKAN PENJAGA BUKU

Entri yang Diunggulkan

https://blog.ruangguru.com/cara-membuat-resensi-buku

Populer

Copyright © 2019 Pustaka-ONE AKPER MOM. Powered by RustamLib's.
Copyright © 2019 Pustaka-ONE AKPER MOM. Powered by RustamLib's.